Mengenai Saya

Foto saya
Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia
Melalui sentuhan ekonomi, khususnya di bidang pertanian saya berharap bisa membantu pendapatan ekonomi untuk warga masyarakat khususnya petani di daerah saya.

SUNRISE HORTIKULTURA

Rabu, 16 Desember 2009

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT DAN GULMA SECARA TERPADU


PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT DAN GULMA SECARA TERPADU


Oleh : sandy hasanudin


1.

PENDAHULUAN

Siapa dan petani mana yang tak khawatir jika tanamannya diserang hama? Apalagi jika menjelang panen? Hampir semua petani di belahan dunia merasakan kekhawatiran dan menggunakan banyak cara untuk membunuh hama. Di Indonesia sendiri, penanganan hama tak luput dari perhatian pemerintah. Ini demi menyelamatkan sumber pangan yang sangat berpengaruh bagi kestabilan pangan rakyat.

Dalam sudut pandang konvensial, hama bisa diartikan organisme yang dapat mengakibatkan penurunan hasil produksi pertanian. Jadi, secara umum jika ada organisme apapun itu, yang mengakibatkan penurunan hasil produksi bisa disebut sebagai hama. Namun pada dasarnya, Hama adalah binatang yang bersifat pengganggu terhadap petumbuhan dan perkembangan tanaman. Contoh-contoh hama misalnya: tikus, wereng, burung pemakan biji-bijian, penggerek batang, tungro, blas, lembing batu dan keong mas.

Selain hama, yang menjadi perhatian serius adalah gulma. Tanaman yang tumbuh di sekitar areal tanam/persawahan mengganggu karena menjadi pesaing tanaman padi dalam memanfaatkan unsur hara, air, dan ruang. Selain berebut tiga hal tersebut, gulma sendiri menjadi tempat hidup dan bernaung hama dan penyakit tanaman, serta menyumbat saluran air. Pada lahan yang terus menerus tergenang, gulma yang paling banyak dijumpai adalah gulma air (eceng, semanggi, jajagoan, jujuluk), sedangkan pada lahan yang tidak tergenang, sebagian besar adalah gulma darat (alang-alang, gerintingan, babadotan, dll.).

1.

Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan dasar kebijakan pemerintah dalam melaksanakan kegiatan perlindungan tanaman. Landasan hukum dan dasar pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman adalah Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, dan Keputusan Menteri Pertanian No. 887/Kpts/ OT/9/1997 tentang Pedoman Pengendalian OPT. Secara operasional, dalam implementasinya terutama berkaitan dengan otonomi daerah, disesuaikan dengan pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan sesuai Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999 tentang pelaksanaan otonomi daerah.

Pengendalian hama terpadu didefinisikan sebagai cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. Dengan pengertian ini, konsepsi PHT telah sejalan dengan paradigma pembangunan agribisnis. Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan pengendalian hama secara konvensional yang menekankan penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida dalam kerangka penerapan PHT secara konvensional ini menimbulkan dampak negatif yang merugikan baik ekonomi, kesehatan, maupun lingkungan sebagai akibat penggunaan yang tidak tepat dan berlebihan.

Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest Management) merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka tuntutan masyarakat dunia terhadap berbagai produk yang aman dikonsumsi, menjaga kelestarian lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan yang memberikan manfaat antar waktu dan antar generasi. Salah satu pertimbangan dasar, pentingnya melakukan introduksi teknologi PHT, adalah adanya pergeseran strategi pembangunan dari pendekatan pertumbuhan, top down, dan bersifat jangka pendek (pola pembangunan konvensional) ke arah pendekatan pembangunan pemerataan, partisipatif, jangka panjang dan berkelanjutan yang disebut pola pembangunan berkelanjutan (Salim, 1991).

1.

SASARAN DAN STRATEGI PENERAPAN PHT

Menurut Direktorat Perlindungan Hortikultura, Sasaran penerapan PHT adalah :

(1) Populasi OPT dan kerusakan tanaman tetap berada pada aras yang secara ekonomis tidak merugikan,

(2) Produktivitas pertanian mantap pada taraf tinggi,

(3) Penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat, dan

(4) Resiko kesehatan dan pencemaran lingkungan ditekan.

Strategi yang diterapkan dalam melaksakan PHT adalah memadukan semua teknik pengendalian OPT dan melaksanakannya dengan taktik yang memenuhi azas ekologi serta ekonomi.

1.

TAKTIK PHT

Taktik penerapan PHT suatu cara penerapan pengendalian OPT agar memenuhi asas ekologi yaitu tidak berdampak negatif pada agroekosistem dan azas ekonomi yaitu menguntungkan dan meningkatkan kesejahteraan petani. Taktik-taktik tersebut yaitu :

a. Pemanfatan proses pengendali alami dengan mengurangi tindakan-tindakan yang merugikan atau mematikan perkembangan musuh alami.

b. Pengelolaan ekosistem melalui usaha bercocok tanam yang bertujuan agar lingkungan tanaman kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangbiakan atau pertumbuhan OPT serta mendorong berfungsinya agen pengendali alami/hayati. Beberapa teknik bercocok tanam antara lain :

Penanaman varietas tahan

*

Penanaman benih sehat
*

Pergiliran tanaman dan pergiliran varietas

Sanitasi

· Penetapan masa tanam

· Tanam serentak dan pengaturan saat tanam

· Penanaman tanaman perangkap/penolak

· Penanaman tumpang sari

· Pengelolaan tanah dan air

· Pemupukan berimbang sesuai rekomendasi

c. Pengendalian fisik dan mekanis untuk menekan/mengurangi populasi OPT/kerusakan, mengganggu aktivitas fisiologis OPT yang normal, dan mengubah lingkungan fisik menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangan OPT

d. Penggunaan pestisida secara selektif untuk mengembalikan populasi OPT pada aras keseimbangannya. Selektivitas pestisida berdasarkan pada sifat fisiologis, ekologis dan cara aplikasi. Keputusan tentang penggunaan pestisida dilakukan setelah dilakukan analisis ekosistem terhadap hasil pengamatan dan ketetapan ambang ekonomi/pengendalian. Pestisida yang digunakan harus yang efektif, terdaftar dan diizinkan.

e. Prinsip Penerapan

Ada 4 (empat) prinsip penerapan PHT, yaitu : (1) budidaya tanaman sehat, (2) pelestarian dan pendayagunaan musuh alami, (3) pengamatan mingguan secara teratur, dan (4) petani berkemampuan melaksanakan dan ahli PHT.

Budidaya tanaman sehat merupakan prinsip penting penerapan PHT dengan menggunakan paket teknologi produksi dan praktek agronomis, untuk mewujudkan tanaman sehat.

Pelestarian musuh alami melalui pengelolaan dan pelestarian faktor biotik (pengendali alami) dan abiotik (iklim dan cuaca) agar mampu berperan secara maksimal dalam pengendalian populasi dan penekanan tingkat serangan OPT.

Pemantauan ekosistem secara teratur yaitu pemantauan hasil interaksi faktor biotik dan abiotik dan menimbulkan serangan OPT. Kegiatan pemantauan merupakan kegiatan penting yang mendasari pengambilan keputusan pengendalian.

Petani sebagai ahli PHT merupakan tujuan penerapan agar petani memiliki kemampuan dan kemauan untuk menetapkan tindakan pengendalian sesuai prinsip PHT dan berdasarkan hasil pengamatan. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petani adalah latihan dan pemberdayaan petani.

1.

TEKNIK PENGENDALIAN GULMA SECARA TERPADU

Pada dasarnya teknik pengendalian gulma hampir sama dengan apa yang saya sampaikan diatas. Tetapi itu tergantung pada tempa/areal tanam, jenis dan jumlah gulma. Namun, di bawah ini saya tuliskan salah satu contoh metode pengendalian gulma dengan mengkombinasikan berbagai cara pengendalian gulma.

Teknik Pengendalian Gulma Secara Terpadu dapat dilakukan sebagai berikut:

1.
1.

Gulma ditebas dengan parang kemudian dihamparkan di lahan sebagai mulsa. Sekitar 2-3 minggu gulma yang sedang tumbuh aktif disemprot dengan herbisida sistemik, seperti glifosat dengan takaran 4-6 liter per hektar. Setelah 2-4 minggu kemudian, lahan ditanami padi dalam barisan. Upaya penyiangan dilakukan dengan menggunakan herbisida pasca-tumbuh, seperti 2,4-D amina dengan takaran 1,5 liter per hektar yang diaplikasikan pada umur 2-3 minggu setelah tanam padi.
2.

Gulma ditebas dengan parang kemudian dilakukan pengolahan tanah. Selanjutnya dilakukan penanaman padi dan penyiangan menggunakan herbisida pra-tumbuh, seperti Oxadiazon dengan takaran 2 liter per hektar. Penyiangan dilakukan secara manual satu kali pada umur 35 hari setelah tanam padi.

Penyemprot Punggung

Alat penyemprot herbisida yang paling banyak digunakan adalah alat penyemprot punggung. Alat ini terdiri dari bagian-bagian yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu.

Nosel

Nosel yang tepat untuk aplikasi herbisida adalah nosel polijet yang memenuhi pola semprot berbentuk kipas. Nosel tersebut di bagi atas 4 macam warna, yaitu merah, biru, hijau, dan kuning yang masing-masing menghasilkan lebar semprot optimum yang berbeda, sehingga pemakaiannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Jangan menggunakan nosel kembang dan nosel kerucut karena tidak memberikan hasil semprotan yang baik.

Warna nosel


Lebar Semprotan (m)


Kesesuaian Penggunaan dalam Penyemprotan

Merah

Biru

Hijau

Kuning


2,0

1,5

1,0

0,5


Seluruh areal (total)

Pada barisan tanaman

Pada barisan tanaman

Pada barisan tanaman dan setempat

Kalibrasi alat semprot (sprayer)

Kalibrasi adalah menghitung/mengukur kebutuhan air suatu alat semprot untuk luasan areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan melakukan penyemprotan yang gunanya adalah:

- Menghindari pemborosan herbisida

- Memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan Herbisida

- Memperkecil pencemaran lingkungan.

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan kalibrasi:

*

Siapkan alat semprot yang baik dengan jenis nosel yang sesuai dengan kebutuhan, misalnya nosel polijet warna biru lebar semprotnya 1,5 m.
*

Isi tangki alat semprot dengan air bersih sebanyak 2,5 liter.
*

Pompa tangki sebanyak 10-12 kali hingga tekanan udara di dalam tangki cukup penuh.
*

Lakukan penyemprotan pada areal yang akan disemprot dengan kecepatan dan tekanan yang sama sampai air 2,5 liter tersebut habis.
*

Ukur panjang areal yang dapat disemprot dengan 2,5 liter air tersebut.
*

Lakukan penyemprotan sebanyak 3 kali dan hitung panjang serta luas areal yang dapat disernprot seperti contoh berikut.

Panjang dan luasan areal yang dapat disemprot dengan 2,5 liter menggunakan nosel polijet warna biru.

Ulangan


Panjang (m)


Luas (m2)

I

II

III


33

33

34


49.5

49.5

51

Rata-rata


33.3


50

Bila luas areal yang akan disemprot adalah 1 hektar (10.000 m2 ), maka

banyaknya air yang dibutuhkan adalah:

Volume air = 10.000 m2 x 2,5 liter air

1,5 m x 33,3m

= 10.000 m2 x 2 5 liter air

50 M2

= 500 liter/ha.

Apabila takaran herbisida yang akan digunakan adalah 3 liter (3000 ml) per hektar maka herbisida yang dibutuhkan untuk 15 liter air pencampur adalah:

Volume herbisida = 15 liter x 3000 ml

500 liter

= 90 ml herbisida /15 liter air

Cara penggunaan herbisida

Herbisida akan berhasil dan efektif apabila digunakan dengan benar sesuai

petunjuk, yaitu:

- Merata ke seluruh areal sasaran

- Takaran sesuai dengan kebutuhan per satuan luas

Penggunaan herbisida dengan memakai bahan pelarut air

Penyemprotan

- Campurkan herbisida dan air dengan Takaran yang benar

- Aduk hingga tercampur rata

- Semprotkan secara menyeluruh ke seluruh areal pertanaman

Khusus untuk herbisida pra-tumbuh atau pasca tumbuh pada padi sawah, air harus dalam keadaan macak-macak yang dipertahankan selama 4 hari setelah

penyemprotan.

Pengusapan

Pada gulma yang tumbuh jarang tapi berbahaya, cukup dengan mencelupkan sepotong kain pada larutan herbisida lalu dieluskan sampai membasahi gulma tersebut.

Penggunaan herbisida tanpa bahan pelarut

Bentuk cair yang siap untuk digunakan:

- Tidak memerlukan alat semprot

- Petakan sawah harus dalam keadaan tergenang 2-5 cm

- Percikkan herbisida ke kiri dan ke kanan

- Percikan herbisida yang jatuh ke air akan cepat menyebar membentuk lapisan tipis di dasar air

- Pertahankan genangan air selama 4 hari.

Bentuk butiran

- Dapat digunakan pada padi sawah

- Sawah harus dalam keadaan tergenang setinggi 2-5 cm selama 4 hari

- Cara penggunaannya ditebar merata ke seluruh petakan sawah

- Dapat membunuh biji gulma akan tumbuh/ berkecambah

1.

PENUTUP

1.

Kesimpulan

Mengatasi masalah hama dan gulma merupakan pengetasan masalah yang dilematis diakhir tahun 80-an. Betapa tidak, pestisida yang dianggap menyelesaikan masalah pertanian khususnya dalam pembasmian hama, ternyata menimbulkan dampak. Senyawa-senyawa kimia yang tertinggal, senyawa sisa yang dimanfaatkan tanaman, namun tertinggal dalam tanah. Senyawa yang tertinggal inilah yang mengganggu dan merusak aktifitas tanah. Tanah akan mengalami defisiensi unsur hara alami karena adanya reaksi antar senyawa sisa pestisida dengan hara alami.

Selain mempengaruhi keadaan tanah, ternyata pestisida sendiri secara tidak langsung memberikan peluang terputusnya sistem ekologis areal persawahan dan perkebunan tanaman, yang akhirnya membuat sistem ekologis baru, dimana hewan predator menghilang, hama menjadi kebal setelah beberapa generasi beradaptasi dengan pestisida, dan kekalahan terbesar bagi petani adalah ketika tanah menjadi ketergantungan terhadap pestisida.

Untuk itulah, sejak awal tahun 90-an, pemerintah melalui undang-undang meminta kepada para petani untuk tidak lagi mengunakan pestisida kimia. Karena dirasa kontaminasinya berpengaruh besar bagi ekosistem alam. Hingga saat ini petani diharapkan untuk tidak menggunakan pestisida atau bahan kimiawi baik untuk memberantas hama, atau meningkatkan produktivitas tanaman. Sebagai alternatif pemerintah telah mengeluarkan pestisida organik, dan cara-cara pemberantasan dengan lebih memperhatikan ekosistem lingkungan.

1.

Saran

Perkembangan peradaban umat manusia yang di awali masa revolusi industri ternyata membawa dampak negatif bagi lingkungan. Emisi carbon yang kian hari semakin meningkat sehingga udara menjadi terkontaminasi, kotor dan sudah berada di atas batas toleransi. Air dan tanah menjadi terkontaminasi dan tak bisa dimanfaatkan lagi karena molekul dan senyawa di dalamnya rusak, hilang, bercampur baur. Tanah yang telah mengalami defisiensi unsur hara akan merugikan bagi petani. Untuk itu penyelesaian yang di tawarkan pemerintah perlu di lakukan sebelum semua serba terlambat dan kita benar-benar merasakan akibatnya.

Kembali ke cara-cara dan metode lama bukanlah suatu kemunduran melainkan sebuah usaha yang lebih bijak dan menjaga amanah ilahi yang tiada lain merupakan tujuan penciptaan manusia. Namun dari apa yang saya tuliskan diatas tidak menutup kemungkinan adanya dampak yang lain. Selalu mengkaji, memperbaiki, dan mencari jalan yang lebih baik, bukankah itu fungsi dari ilmu pengetahuan?

Tips Cara Menanam bibit cabai di polybag



















MENANAM CABAI DI POLYBAG

Teknik budidaya Cabe di Polybag.
Pedoman Teknis Penyiapan,
Benih - Benih cabe dibuat sendiri.
Caranya, pilih buah cabe yang
matang (merah), bentuk sempurna, segar, tidak cacat dan tidak
terserang penyakit. Kemudian keluarkan bijinya dengan mengiris buah
secara memanjang. Cuci biji lalu dikeringkan. Kemudian pilih biji
yang bentuk, ukuran dan warna seragam, permukaan kulit bersih, tidak
keriput dan tidak cacat. Bila kesulitan membuat sendiri, benih cabe
dapat dibeli di toko pertanian setempat. - Benih yang akan ditanam
diseleksi dengan cara merendam dalam air, biji yang terapung dibuang.
Persemaian Sebelum tanam di tempat permanen (polybag), sebaiknya
benih disemai dulu dalam wadah semai yang dapat berupa bak plastik
atau kayu dengan ketebalan sekitar 10 cm yang dilubangi bagian
dasarnya untuk pengaturan air(drainase). Persiapannya sbb :

1.Isikan dalam wadah semai media berupa tanah pasir, dan pupuk kandang
dengan perbandingan 1 : 1. Untuk menghilangkan gangguan hama berikan
Curater 3 G takaran 10 10 gr/m2. Media ini disiapkan 1 minggu
sebelum penyemaian benih.

2. Benih yang akan ditanam, sebelumnya
direndam dalam air hangat (50 derajat Celcius) semalam. Lebih baik
lagi bila diberi zat pengatur tumbuh seperti Atonik.

3. Tebarkan
benih secara merata di media persemaian, bila mungkin beri jarak
antar benih 5 x 5 cm sehingga waktu tanaman dipindah/dicabut,
akarnya tidak rusak.
Usahakan waktu benih ditanam diatasnya ditutup
selapis tipis tanah. Kemudian letakkan wadah semai tersebut di
tempat teduh dan lakukan penyiraman secukupnya agar media semai
tetap lembab.

Pembibitan 1. Benih yang telah berkecambah atau bibit
cabe umur 10-14 hari (biasanya telah tumbuh sepasang daun) sudah
dapat dipindahkan ke tempat pembibitan. 2. Siapkan tempat pembibitan
berupa polybag ukuran 8 x 9 cm atau bumbungan dari bahan daun pisang
sehingga lebih murah harganya. Masukkan ke dalamnya campuran tanah,
pasir dan pupuk kandang serta tambahkan Curater 3 G.

3. Pindahkan
bibit cabe ke wadah pembibitan dengan hati-hati. Pada saat bibit
ditanam di bumbungan, tanah di sekitar akar tanaman ditekan-tekan
agar sedikit padat dan bibit berdiri tegak. Letakkan bibit di tempat
teduh dan sirami secukupnya untuk menjaga kelembabannya. Pembibitan
ini untuk meningkatkan daya adaptasi dan daya tumbuh bibit pada saat
pemindahan di tempat terbuka.

4. Bibit bisa ditanam di polybag
setelah berumur 30-40 hari. Persiapan Media Tanam Polybag
1. Siapkan
polybag tempat penanaman yang berlubang kiri kanannya untuk
pengaturan air.
2. Masukkan media tanam ke dalamnya berupa campuran
tanah dengan pupuk kandang 2 : 1 sebanyak 1/3 volume polybag.
Tambahkan Furadan atau Curater 3 G 2 - 4 gr/tanaman untuk mematikan
hama pengganggu dalam media tanah. 3. Masukkan campuran tanah dan
pupuk kandang ke dalam polybag setinggi 1/3 nya

4. Tambahkan pupuk
buatan sebagai pupuk dasar yaitu 10 gr SP 36, 5 gr KCl dan 1/3
bagian dari campuran 10 gr Urea + 20 gr ZA per tanaman (2/3
bagiannya untuk pupuk susulan). Kemudian siram dengan air agar pupuk
laur dalam tanah.

Penanaman 1. Pilih bibit cabe yang baik yaitu
pertumbuhannya tegar, warna daun hijau, tidak cacat/terkena hama
penyakit.

2. Tanam bibit tersebut di polybag penanaman. Wadah media
bibit harus dibuka dulu sebelum ditanam. Hati-hati supaya tanah yang
menggumpal akar tidak lepas. Bila wadah bibit memakai bumbungan
pisang langsung ditanam karena daun tersebut akan hancur sendiri.
Tanam bibit bibit tepat di bagian tengah, tambahkan media tanahnya
hingga mencapai sekitar 2 cm bibir polybag.

3. Padatkan permukaan
media tanah dan siram dengan air lalu letakkan di tempat terbuka
yang terkena sinar matahari langsung.

Pemeliharaan

1. Lakukan
penyiraman secukupnya untuk menjaga kelembaban media tanah polybag.


2. Lakukan pemupukan susulan : Umur 30 hari setelah tanam : 5 gr Kcl
per tanaman. Umur 30 dan 60 hari setelah tanam : masing-masing 1/3
bagian dari sisa campuran Urea dan ZA pada pemupukan dasar.

3.
Lakukan perompesan/pembuangan cabang daun di bawah cabang utama dan
buang bunga yang pertama kali muncul.

4. Untuk mengendalikan hama
lalat buah penyebab busuk buah, pasang jebakan yang diberi Antraxtan.
Sedang untuk mengendalikan serangga pengisap daun seperti Thrips,
Aphid dengan insektisida seperti Curacron. Untuk penyakit busuk buah
kering (Antraknosa) yang disebabkan cendawan, gunawan fungisida
seperti Antracol. Dosis dan aplikasi masing-masing obat tersebut
dapat dilihat pada labelnya. Panen - Cabai merah dapat dipanen umur
sekitar 80 hari setelah tanam. Pemetikan cabe dapat dilakukan 1-2
kali seminggu disesuaikan dengan kebutuhan. Pemetikan dilakukan
dengan hati-hati agar percabangan/tangkai tanaman tidak patah.

selamat mencoba...semoga bermanfaat.

Sunrise Holtikultura spesialis pembibitan tanaman holtikultura


Sunrise Holtikultura
,
yang beralamatkan di Jl. Sapuran KM 4 Gandok Kalikajar Winos Jateng 56372 bergerak di bidang pertanian, khususnya pembibitan tanaman palawija dan hortikultura.
bergerak di bidang usaha pembibitan hortikultura, antara lain menyediakan bibit cabai, tomat, terong, kubis, kol, seledri, sawi, lobak, albasia, dsb. tergantung dari pesanan pelanggan.


sudah 2 tahun ini kami merintis usaha pembibitan. dan sementara ini kami mempunyai karyawan 15 orang. yang berasal dari warga sekitar kecamatan kalikajar kabupaten wonosobo dan alhamdulillah dapat membantu meningkatkan pendapatan bagi mereka pada khususnya.

Saya berharap dapat memajukan usaha pembibitan ini untuk lebih baik lagi, faktor kendala yang kami rasakan adalah di bidang permodalan. saya berharap adanya bantuan dari pemerintah baik bimbingan maupun modal. karena usaha ini juga dapat menopang pendapatan warga sekitar yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai buruh tani.

dan bagi anda yang berminat untuk memesan bibit. kami siap melayani dengan senang hati. hubungi saya Muhammad Rofi'i HP 081227459267 / 081802532524.